Sate Kambing Tegal terbuat dari daging kambing muda yang biasanya berumur di bawah lima bulan (balibul) sehingga dagingnya empuk dan beraroma khas. Daging kambing muda ini diiris kecil dan ditusuk dengan tusukan bambu dan dibakar. Karena menggunakan daging kambing muda, maka tidak perlu terlalu banyak olesan bumbu saat dibakar.
Daging kambing muda sangat gurih, sedikit manis dan tak kenyal alias lembut saat di makan. Selain itu, ciri khas sate Tegal dibakar setengah matang. Satu porsi sate kambing untuk satu orang berisi 12 tusuk, plus bumbu kecap manis yang dihidangkan dengan bawang merah, tomat dan cabe hijau. Menyantap sate di Tegal tak akan lengkap jika tidak menyeruput teh poci. Minuman ini disajikan dengan poci yang terbuat dari tanah merah yang dibakar dan untuk pemanis adalah gula batu.
Resep sate Tegal sebetulnya tak ada yang istimewa dengan bumbu memakai kecap, lombok, dan bawang merah. Namun yang membedakan sate Tegal terletak pada pilihan daging kambing anakan dibawah lima bulan. Selain sate ada sop yang menyegarkan, gulai kambing dengan kuah kentalnya, yang membuat sedap di lidah. Hot plate yang terbuat dari piringan lempeng baja sebagai tatakan sajian sate agar terjaga tetap panas.
Kawasan sate Tegal yang ke sohor ada di kawasan Tirus. Lokasi kompleks Tirus ini hanya berjarak 4 km jika ditempuh dari pusat kota Tegal. Puluhan penjual sate bermukim di daerah ini, dan letaknya satu sama lain tidak lebih hanya selemparan batu.
Ketenaran warung sate Tirus sudah menjadi rahasia umum bagi pengunjung dari luar daerah, bahkan dari luar pulau Jawa. Sedangkan Tirus sendiri adalah nama orang. Pada awalnya lokasi ini dimiliki oleh Van Tirus, pengusaha kaya yang berasal Belanda yang memiliki lokasi ini sejak tahun 1887 hingga 1913.
Van Tirus memiliki hak guna usaha tanah lebih dari 30 ha. Van Tirus mengunakan tanah ini untuk lokasi perkebunan Jagung dan Salak, tapi tak diijinkan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk memperpanjang kontrak pada tahun 1913. Tanah ini selanjutnya digunakan oleh pemerintah Hindia Belanda sendiri hingga kemerdekaan RI tahun 1945.
Di masa kemerdekaan daerah ini oleh Pemerintah RI kemudian dialihfungsikan menjadi perumahan Brimob pada tahun 1964. Komplek ini diresmikan oleh Suwarno, Komandan Resimen 3 Brimob Jawa Tengah. Rumah Van Tirus pun kini sudah berubah fungsi. Dengan sedikit perombangkan tak menghilangkan keaslian rumah ini, oleh masyarakat setempat digunakan sebagai Masjid dengan nama Nurul Iman sejak tahun 1993. Sate dan histori Tirus tak bisa dipisahkan, sehingga ada seloroh : makan sate dengan sensasi histori Tirus.
Salah satu warung sate yang kesohor di Tirus adalah Warung Makan Sate Tirus H. Sakya. Sakya sendiri adalah pemilik warung tersebut dan kini berganti nama menjadi Yahya setelah kepulangannya dalam Ibadah Haji tahun 1997. Warung ini terletak di Jl. Kapten Soedibyo No. 5 Tegal.
Kemashuran warung sate Tegal terletak pada kelezatan resep sate yang dimiliki oleh keluarga Sakya, sehingga untuk mempertahankan resep tersebut ia mewariskan kepada delapan orang anaknya, bahkan kini telah ditularkan hingga ke cucu-cucunya yang mengikuti jejaknya membuka warung sate. Semuanya berjualan sate kambing dan di lokasi yang tidak jauh dari warung pertamanya.
Kini warung sate Sakya dikembangkan hingga beranak pinak di kawasan Tirus, anak dan cucu Sakya pun ikut mengembangkan warung tersebut di kawasan tersebut. Hingga Sakya mempunyai puluhan warung cabang sehingga dikenal sebagai pelahir generasi sate Tegal.
Keluarga warung sate Tegal lainnya yang cukup sukses lahir dari generasi Sumar yang dimulai dari kawasan kuliner sate lainnya yakni di Grogol, yakni Sate Sumar yang juga menelorkan generasi pembuka warung Sate seperti Sate Wendi. Sate Kartomo yang awalnya berdiri di daerah Guci juga kini mengembangkan usaha di dekat kawasan Tirus, juga Sate Gong 2000 , Sate Sari Mendo pun menjadi membuka cabang di kompleks Tirus.Para penggemar sate Tegal, lebih banyak variasi pilihan ketika mampir di Tirus.(*)