“Ma njaluk duite nggo tuku dolanan” ujar si anak kepada ibunya.
“Dolanan? Duite Mardiyah?!” ujar si ibu.
Di Tegal, kita sering sekali mendengar kata-kata “Duite Mardiyah” atau “Mardiah”. Namun siapakah sebenarnya sosok Mardiyah tersebut hingga sampai terkenal seantero Tegal? Terutama di kalangan masyarakat yang kurang mampu. Tidak ada yang mengetahui secara pasti siapakah Mardiyah tersebut. Namun diceritakan bahwa Mardiyah itu merupakan sosok yang kaya raya pada jaman dahulu (sekitar era 70-an). Namun dari cerita yang beredar, Mardiyah merupakan sosok yang pelit atau bakhil.
Sangkin pelitnya, apabila membeli sesuatu, pembungkusnya dikumpulkan, lalu apabila sudah banyak, pembungkusnya tersebut dibarter dengan penganan yang sebelumnya menempati pembungkus tersebut. Jadi seumpama membeli “ponggol”, kertasnya dikumpulkan lalu kemudian ditukarkan kembali dengan ponggol apabila pembungkusnya sudah banyak.
Penampilannya bak artis dengan banyak sekali perhiasan yang menempel di tubuhnya. Kulitnya putih dan bertubuh subur. Jadi setiap orang pasti sudah menyangka bahwa orang tersebut adalah orang kaya. Meskipun banyak orang yang tidak suka, namun keberadaan Mardiyah tetap dibutuhkan, terutama bagi warga yang kurang mampu.
Namun sayangnya nasib Mardiyah berakhir tragis, suatu saat rumahnya didatangi perampok. Seluruh hartanya dikuras habis dan Mardiyah dibunuh secara kejam dengan cara dipenggal kepalanya, ada versi lainnya yang menyebutnya tubuhnya dimutilasi.
Kisah mengenai Mardiyah ini tidak hanya beredar di Tegal saja, namun di kota lain juga mengenal sosok Mardiyah, tentu saja dengan berbeda versi kisahnya. Namun dibalik itu semua, ada banyak hal yang bisa kita ambil hikmahnya. Salah satunya adalah jangan sombong.
Hingga sekarang, apabila ingin membeli sesuatu namun belum ada uang, sontak dibalas dengan “Duite Mardiyah?!”